MENYIKAPI WABAH PENYAKIT DENGAN CARA RASULLAH SAW
Setelah proses PSBB ini akan segera berakhir, pemerintah
saat ini akan memberlakukan status New Normal, wah status apa lagi itu. New
Normal adalah : Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku
Adisasmita mengatakan, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap
menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol
kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Prinsip utama dari new normal itu sendiri
adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup. "Secara sosial, kita pasti
akan mengalami sesuatu bentuk new normal atau kita harus beradaptasi dengan
beraktivitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan
orang lain, dan menghindari kerumunan, serta bekerja, bersekolah dari
rumah,"
Apakah mungkin istilah new normal ini sama dengan hear immunity yang sempat di berlakukan di belahan dunia lain, salah satunya Inggris.
Mau tidak mau virus Corona saat ini sudah menjadi bagian
yang ada dalam lingkungan kita, lalu bagaimana caranya bisa menjalankan new
normal dan berdamai dengan corona. Selain menerapkan protocol seperti jaga
jarak, menggunakan masker cuci tangan dan lain sebagainya, kita juga tetap
harus menjaga daya tahan tubuh dengan istirahat yang cukup, berfikiran positif
dan makan bergizi dan mengandung Vitamin untuk daya tahan tubuh.
wabah dalam pandangan Islam |
Sekarang kita coba bandingkan wabah yang terjadi di zaman
Rasulullah dengan saat ini :
Hadist Tentang Wabah
عن عائشة زوج النبي صلى الله عليه وسلم أنها أخبرتنا أنها سألت
رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الطاعون فأخبرها نبي الله صلى الله عليه وسلم أنه
كان عذابا يبعثه الله على من يشاء فجعله الله رحمة للمؤمنين فليس من عبد يقع الطاعون
فيمكث في بلده صابرا يعلم أنه لن يصيبه إلا ما كتب الله له إلا كان له مثل أجر الشهيد
“Dari Siti Aisyah RA, ia berkata, Aku bertanya kepada
Rasulullah SAW perihal tha‘un, lalu Rasulullah SAW memberitahukanku, dahulu,
tha’un adalah azab yang Allah kirimkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki,
tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Maka tiada
seorang pun yang tertimpa tha’un, kemudian ia menahan diri di rumah dengan
sabar serta mengharapkan ridha-Nya seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan
menimpanya selain telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh
ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid,” (HR. Bukhari, Nasa’i dan
Ahmad).
Pertama: Tidak Keluar Rumah
Kalimat “kemudian ia menahan diri di rumah” merupakan sunnah
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika merebak wabah penyakit. Selogan
#stay at home# merupakan salah satu metode memutus penyebaran wabah Covid-19,
karena jika kerumunan masyarakat tidak dibatasi, niscaya penyebaran Covid-19
akan kian masif. Stay at home adalah pembatasan pergerakan berskala kecil dalam
lingkup keluarga namun efektif dalam meminimalisir penyebaran Covid-19. Adapun
dalam skala wilayah,
Corona Stay at Home |
Pemerintah Daerah memberlakukan PSBB atau Pembatasan
Sosial Berskala Besar. Dengan kebijakan ini, seluruh aktivitas manusia
dipindahkan ke rumah masing-masing. Murid/mahasiswa belajar di rumah, pekerja/
karyawan bekerja di rumah, bahkan kegiatan ibadahpun dipindahkan ke rumah.
Beberapa masjid dan tempat ibadah lainnya yang berada di zona merah sudah
dibatasi penggunaannya untuk sementara waktu seperti shalat Jumat diganti
shalat Zuhur di rumah, dan kegiatan peribadatan lainnya yang memicu keramaian.
Perlu kami tegaskan, bahwa kita tidak sedang meninggalkan masjid/mushalla,
tetapi ibadah shalat yang dilakukan di rumah dalam rangka menjalankan sunnah
saat wabah.
Kalimat “menahan diri di rumah” dimaknai sebagai larangan
mendatangi wilayah yang terdampak Covid-19 atau keluar dari wilayahnya yang terdampak
Covid-19 ke wilayah lain sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Salah satu implementasi hadis ini adalah larangan mudik dari maupun ke wilayah
yang terindikasi adanya penyebaran Covid-19. Larangan mudik ini bagian dari
sunnah sebagai solusi efektif untuk menghentikan laju wabah virus corona dengan
metode penguncian (lockdown).
Kedua: Sabar
Kalimat “dengan sabar serta mengharapkan ridha-Nya”
merupakan sunnah atau tuntunan Nabi Muhammad SAW saat menahan diri di rumah.
Sabar dalam arti menahan diri untuk tidak keluar dari wilayah yang terkena
wabah sampai berakhir masa pandemi Covid-19 semata-mata mengharap ridha Allah,
serta menyakini bahwa wabah tersebut adalah suratan taqdir Allah SWT tanpa
mengeluh dan putus asa. Orang yang bertahan di rumah saat wabah niscaya
mendapatkan pahala syahid walaupun ia tidak sampai meninggal dunia. Oleh karena
itu, kita perlu menguatkan niat saat wabah Covid-19 ini, seraya berbaik sangka
kepada Allah, tidak meninggalkan ikhtiar lahir maupun batin, dan kemudian
bersabar serta bertawakkal kepada-Nya.
Sabar tidaklah dimaknai kepasrahan secara total, namun sabar
harus dibarengi dengan usaha lahiriyah dan bathiniyah secara maksimal untuk
mencegah penyebaran dan dampak buruk virus, antara lain: sering berwudhu, menjaga
kebersihan, rajin mencuci tangan, menjaga imunitas tubuh, menerapkan jaga jarak
(social/physical distancing), tidak keluar rumah kecuali dalam keadaan yang
mendesak, serta diiringi dengan tawakal kepada Allah SWT.
Ketiga: Meningkatkan Ibadah
Kalimat “serta mengharapkan ridha-Nya” adalah sunnah berupa
usaha bathin dalam menghadapi wabah Covid-19. Selama masa karantina di rumah,
hendaklah kita meningkatkan kualitas ibadah dan selalu berdoa memohon kepada
Allah SWT agar pandemi Covid-19 segera lenyap dari Indonesia.
Di bulan suci
ini, rumah dapat dijadikan sebagai sentral ibadah di saat wabah, dimana segala
rangkaian ibadah dapat dilakukan secara perorangan atau berjamaah bersama
anggota inti keluarga di rumah, seperti tilawah Al Qur’an, shalat Dhuha, Shalat
Tarawih dan Witir, berzikir, berbuka puasa, dan aktivitas ibadah lainnya. Kita
dapat memanfaatkan momentum Ramadhan saat Covid-19 ini untuk menghiasi rumah
dengan aktivitas ibadah sehingga rumah dapat menjadi saksi ibadah dan
menjadikan rumah penuh berkah. Sekali lagi, beribadah di rumah tidak diniatkan
meninggalkan masjid/mushalla namun diniatkan dalam rangka menjalankan sunnah
saat wabah.
Hadis ini ditutup dengan kalimat “niscaya ia akan memperoleh
ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid”yaitu bagi siapapun yang
berjuang menghadapi wabah Covid-19 dengan tetap di rumah dengan penuh
kesabaran, ketawakkalan, dan menjalankan ibadah dengan baik niscaya meraih
pahala seperti pahala orang yang wafat berjuang membela agama Allah SWT.
Tidak ada komentar untuk "MENYIKAPI WABAH PENYAKIT DENGAN CARA RASULLAH SAW"