Kisah Nabi Nuh dan Banjir Terbesar di Bumi Sepanjang Sejarah Manusia
Setelah kita bercerita tentang kepandaian Nabi Idris sebagai
nabi yang ke-2, lalu siapakah nabi yang ke-3…Ya benar jawabanya adalah Nabi Nus
a.s, Nabi Nuh merupakan nabi k-3 yang wajib di ketahui seluruh umat islam di
dunia, dari sekitar 124 ribu nabi. Nabi Nuh merupakan keturunan Nabi Adam yang ke
9 yang di kutip dari Kitab Ibnu Katsir. Jarak antara Nabi Adam ke Nabi Nuh
adalah 10 Abad.
Agama Islam yang dibawa Nabi Adam terus berkembang, tetapi
setelah masa yang panjang antara nabi Idris dan Nabi Nuh, menyebabkan umat
manusia, yaitu kaum Nuh yang ada saat itu, sudah sangat jauh menyimpang dari
jalan Allah.
Bangsa yang menyembah berhala
Mereka kembali pada perbuatan ingkar dengan menyembah
patung-patung yang mereka anggap sebagai tuhan. Mereka meniru bapak-bapak
mereka terdahulu dan menganggap bahwa perbuatan itu pasti benar. Patung-patung
itu pada awalnya adalah orang-orang yang sholeh yang menjadi pewaris Nabi
Idris, yang berdakwah agar agama Islam selalu diamalkan oleh masyarakat.
Para orang shaleh yang bernama wadd, shuwa ini selalu
mengingatkan masyarakat agar bertakwa kepada Allah SWT. Akan tetapi ketika para orang shaleh ini
meninggal maka iblis la’natullah mulai membisik-bisiki nenek moyang kaum Nuh
untuk tidak melupakan jasa mereka. Cara untuk tidak melupakan jasa mereka
adalah dengan membuat patung-patung yang menyerupai orang-orang shaleh tersebut.
Godaan Iblis untuk menyembah berhala
Pada masa awal pembuatan patung ini, keimanan dan keislaman
masyarakat masih terjaga. Akan tetapi seiring dengan waktu dan setelah beberapa
generasi, ketika ilmu agama mulai memudar di antara mereka, maka secara
perlahan tapi pasti iblis mulai menggiring kaum Nabi Nuh untuk menyembah
patung-patung ini dan menjadikannya sebagai Tuhan. Demikianlah cara licik iblis
dalam melakukan tipu dayanya kepada umat manusia.
Iblis lagi-lagi berhasil membuat keturunan Nabi Adam kembali
tergoda bujuk rayu mereka. Kaum Nuh kemudian menjadi sangat jauh kesesatannya
dalam ketaatan kepada Allah. Mengimani dan menyembah kepada Allah tidak mereka
kenal lagi. Dan iblis pun menjadi sangat senang, karena sudah berhasil mengajak
manusia untuk menemaninya menjadi penghuni neraka Jahanam.
Nuh yang masih mau menggunakan akal sehatnya, dapat berfikir
dan menghilangkan ketidakberdayaan ini serta
membuatnya terbebas dari segala bentuk kesyirikan kaumnya, dan
melepaskan diri dari penyembahan kepada patung-patung buatan manusia tersebut.
Allah SWT pun kemudian mengangkat Nuh sebagai penerus risalah kenabian.
PERJUANGAN DAKWAH DAN MUKJIZAT NABI NUH ALAIHISSALAM
Usia Nabi Nuh 950 tahun
Nabi Nuh Alaihissalam mendapatkan beberapa petunjuk dari
Allah agar membersihkan keimanan kaumnya untuk menyembah hanya kepada Allah.
Pada masa itu, setiap manusia memiliki usia yang panjang. Nuh diangkat oleh
Allah menjadi nabi dan rasul pada usia 480 tahun. Dalam AlQur’an disebutkan
bahwa usia Nabi Nuh adalah 950 tahun.
Sepanjang usianya tersebut, Nabi Nuh Alaihissalam berdakwah
dan menyeru tiada kenal lelah. Tidak hanya kepada orang-orang di sekitarnya
tapi yang utama kepada anggota keluarganya sendiri. Tetapi sayang setelah
berdakwah selama hampir 5 abad, Nabi Nuh hanya memiliki sedikit pengikut, yaitu
hanya sekitar 70 sampai 80 orang.
Pengikut Nabi Nuh Alaihissalam hanya terdiri dari
orang-orang biasa, bukan orang terpandang dan kaya raya. Sedangkan kaum Nuh
yang kafir itu tidak suka bila berdekatan dan bersama-sama dengan orang-orang
tersebut. Mereka menganggap bahwa derajat mereka lebih baik daripada Nabi Nuh
dan para pengikutnya.
Keluarga Nabi Nuh
Penolakan atas ajakan Nabi Nuh tidak hanya berasal dari
kaumnya saja tetapi juga berasal dari kalangan keluarga terdekatnya sendiri.
Istri beliau dan putra kandungnya sendiri Kan’an. Dua orang ini secara
terang-terangan menentang ajaran Nabi Nuh dan mempengaruhi orang lain untuk
tidak mengikuti ajaran Nabi Nuh Alaihissalam.
Bagi kaum yang durhaka itu, Nabi Nuh Alaihissalam dianggap
hanya sebagai manusia biasa, dan tidak mempunyai kelebihan apa pun. Alasan
itulah yang digunakan untuk tidak menaati ajaran yang dibawa Nabi Nuh
Alaihissalam.
Pemimpin-pemimpin kaum yang kafir itu kemudian berkata, akan
dengan rela mengikuti Nabi Nuh Alaihissalam, dengan syarat pengikut-pengikut
Nabi Nuh yang terdiri dari orang-orang hina ditinggalkan atau dibiarkan dan
diusir. Tentu saja Nabi Nuh menolak syarat tersebut.
Pemimpin-pemimpin kaum yang kafir merasa kesal kemudian
menantang Nabi Nuh Alaihissalam. Bila memang kedurhakaan mereka kepada Allah
akan mendatangkan azab yang besar, maka mereka meminta Nabi Nuh agar
menyegerakan datangnya azab tersebut.
Mukjizat Nabi Nuh
Nabi Nuh kemudian mendapat petunjuk dari Allah SWT,
sekaligus merupakan mukjizat Nabi Nuh Alaihissalam yaitu diperintah Allah untuk
membangun kapal/ bahtera yang besar. Kapal itu terbuat dari kayu jati. Kapal tersebut kemudian dikerjakan oleh Nabi Nuh bersama dengan para pengikutnya.
Pembuatan bahtera tersebut ternyata memakan waktu yang lama
yaitu mencapai 40 tahun. Selama itu Nabi Nuh Alaihissalam diuji kesabarannya,
menghadapi kaumnya yang memandang pekerjaannya itu sebagai pekerjaan orang
gila, karena membangun bahtera di atas bukit di gurun pasir.
Menurut Ibnu Abbas, bahtera Nabi Nuh memiliki ukuran panjang
1.200 hasta, lebar 600 hasta. Bahtera itu dibuat tiga tingkat yaitu tingkat
pertama, diperuntukkan untuk hewan, tingkat kedua untuk manusia, pengikut nabi
Nuh dan tingkat ketiga untuk bangsa burung. Bagian atas bahtera itu ditutup
juga dengan kayu penutup.
Azab Allah untuk kaum Nbi Nuh
Nabi Nuh Alaihissalam kemudian berdoa kepada Allah SWT.
Beliau memohon agar Allah jangan membiarkan seorang pun dari kaum dan pemimpin
yang kafir itu tetap tinggal di muka Bumi. Jika dibiarkan hidup, nantinya
mereka akan menyebabkan banyak orang menjadi tersesat dan selalu berbuat
maksiat.
Setelah selesai membuat bahtera di atas bukit di tengah
gurun pasir selama kurun waktu empat puluh tahun. Maka Allah memerintahkan Nabi
Nuh untuk bersiap siap. Sebagai tandanya adalah, akan muncul air dari dalam
tannur di dapur rumah Nabi Nuh AS.
Para ahli tafsir menafsirkan bahwa tafsiran dari at-Tannur
adalah oven (alat untuk memanggang roti) di rumah Nabi Nuh. Apabila air muncul
keluar dari tannur tersebut serta mengalir maka itu merupakan perintah bagi
Nabi Nuh untuk bergerak.
Maka pada suatu hari tannur itu mulai menunjukkan
tanda-tandanya dari dalam rumah Nabi Nuh. Mengetahui hal itu, Nabi Nuh pun
segera membuka bahteranya dan mengajak orang-orang mukmin untuk menaikinya.
Jibril turun ke bumi. Nabi Nuh membawa burung, binatang buas, binatang yang
berpasang-pasangan, sapi, gajah, semut, dan lain-lain.
Binatang yang berpasangan memasuki bahtera Nuh
Jibril menggiring setiap dua binatang yang berpasangan agar
setiap spesies binatang tidak punah dari muka bumi. Menurut riwayat hewan yang
pertama kali naik adalah burung kakak tua, sedangkan hewan yang terakhir adalah
keledai, diceritakan bahwa iblis ikut bergelantung dipundak keledai.
Peristiwa ini Allah gambarkan dalam Al Qur’an Surat Hud ayat
40, yang artinya :
“Hingga apabila perintah Kami datang dan tannur telah
memancarkan air, Kami berfirman: ‘Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari
masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali
orang yang terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkanlah pula) orang-orang
yang beriman.’ Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit. “ (QS. Hud :
40)
Istri Nabi Nuh tidak beriman kepadanya sehingga ia tidak
ikut menaiki perahu, dan salah satu anaknya, Kan’an juga tidak beriman. Hanya
ada 80 orang mukmin yang masuk ke dalam bahtera. Hewan-hewan darat Allah
kumpulkan di lantai pertama kapal, sedangkan lantai kedua manusia, dan lantai
ke tiga jenis burung. Agar Hewan buas tidak memangsa hewan jinak, maka Allah
turunkan demam kepada hewan hewan buas tersebut.
Kemunculan air bah
Setelah semua makhluk yang Allah takdirkan selamat masuk
kapal dan pintu kapal pun ditutup maka dengan kekuasaan-Nya, Allah turunkan air
dari langit dan air dari bumi. Air mulai meninggi yang keluar dari celah-celah
bumi. Tiada satu celah pun di bumi kecuali keluar air darinya.
Selain itu dari arah langit pun mulailah turun air hujan
yang sangat deras dan belum pernah terjadi sebelumnya sedemikian deras seperti
itu di bumi, termasuk pula sesudahnya tidak akan ada lagi hujan seperti itu.
Lautan semakin bergolak dan ombaknya menerpa apa saja dan menyapu bumi.
Isi perut bumi pun bergolak dan bergerak dengan gerakan yang
belum pernah terjadi sebelumnya, tidak wajar sehingga mengakibatkan bola bumi
tenggelam dalam air untuk pertama kalinya, dan bumipun menjadi seperti sebuah
bola air.
Peristiwa ini Allah SWT gambarkan dalam Al Quran yang
artinya :
“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan)
air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka
bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan
Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku.” (QS.
Al-Qamar: 11-13)
Air terus naik tinggi hingga di atas kepala manusia, bahkan
hingga melampaui ketinggian pohon, dan puncak gunung. Akhirnya, seluruh
permukaan bumi diselimuti dengan air. Itulah banjir dan tsunami terdahsyat
serta terbesar sepanjang masa. Tidak ada banjir sebesar ini lagi hingga sampai
tiba hari kiamat nanti.
KISAH KAN’AN ANAK NABI NUH YANG DURHAKA
Nabi Nuh Alaihissalam dikaruni empat orang keturunan. Putra
tertuanya bernama Kan’an dan adik-adiknya bernama Yafith, Sam dan Ham. Sebelum
azab menimpa kaum Nabi Nuh, Kan’an menyembunyikan kebenciannya kepada bapaknya
dan pura-pura beriman.
Namun ketika Azab tiba dan banjir besar mengepung seluruh
bagian bumi tampaklah kedurhakaan Kan’an. Allah membongkar kemunafikannya dan
tidak memasukkannya ke dalam golongan yang selamat, sehingga saat bahtera Nuh
mulai berlayar, Kan’an, anak Nabi Nuh Alaihissalam, tidak mau masuk ke dalam
kapal dan tetap ingin menyelamatkan diri dengan berenang menuju puncak sebuah
gunung yang belum terjamah air. Kan’an yakin air tidak mungkin sampai puncak
gunung tersebut.
Ketika seluruh air telah menutupi bumi, muncullah naluri
kasih sayang seorang ayah yang akhirnya membuat Nabi Nuh berusaha dengan
segala upayanya untuk mengajak anaknya, hingga membujuk dan merayu Kan’an, anaknya
supaya bersedia ikut bersamanya naik bahtera.
“Kan’an anakku! Naiklah ke perahu bersama kami! Janganlah
kau mati bersama-sama orang yang kafir!”.
Kan’an menjawab? “Tidak Ayah! Aku akan selamat berada di puncak gunung
itu”. Kata Kan’an pongah
“Kan’an….dengarkan Ayah! Tidak ada satu pun yang dapat
melindungimu dari keadaan ini selain Allah yang Maha Penyayang”. (QS. Hud :
42-43)
Disela pembicaraan antara ayah dan anak tersebut, tiba-tiba
muncullah gelombang besar yang menghalangi keduanya. Kan’an seketika lenyap
dari penglihatan Nabi Nuh As. Nabi Nuh berusaha mencari, namun
Beliau tidak menemukan selain ombak yang semakin tinggi. Nabi Nuh sangat sedih, ia telah kehilangan anak yang sangat disayanginya. Tiada lagi
permukaan bumi yang tersisa, seluruhnya telah tenggelam hingga tak ada lagi
manusia yang hidup kecuali yang berada di atas perahu.
Nabi Nuh sangat bersedih dan menyesali kematian anaknya yang
tragis. Beliau menyesal mengapa Kan’an tidak mengikuti ajakannya. Nuh
bertanya-tanya Mengapa Allah Swt tidak menyelamatkan anaknya. Padahal Nuh
melihat selama ini Kan’an tidak tampak membantah ucapannya.
Rupanya Nabi Nuh
tidak menyadari kalau selama ini Kan’an menyembunyikan kekafirannya.
Nabi Nuh yang saat itu sangat bersedih tanpa disadari
terucaplah dari lisannya permohonan,
“Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku dan
sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang
seadil-adilnya”. (QS. Hud : 45)
Allah SWT pun menjelaskan kepada Nabi Nuh Alaihissalam,
“Hai Nuh, sesungguhnya Kan’an itu bukanlah termasuk
keluargamu yang dijanjikan akan diselamatkan. Sesungguhnya perbuatannya tidak
baik. Sebab itu, janganlah engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang engkau tidak
ketahui hakekatnya. Aku peringatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk
orang-orang yang tidak berpengetahuan”. (QS. Hud : 46)
Seketika Nabi Nuh pun tersadar dan memohon ampun kepada
Allah SWT atas kekhilafannya.
Banjir, Taufan dan tsunami melanda semua belahan bumi. Tak
satupun bagian bumi yang tidak tenggelam. Satu riwayat menggambarkan bumi
seperti bola air. Seluruh makhluk hidup, tumbuhan, hewan dan manusia musnah,
tak ada satupun yang tersisa. Setelah 150 hari terombang-ambing diatas laut
tanpa batas, akhirnya Allah SWT pun memberikan perintah agar air surut.
AKHIR BANJIR BANDANG NABI NUH
Setelah air surut maka mendaratkan bahtera Nabi Nuh dengan
selamat di bukit Judd Armenia. Keluarlah nabi Nuh bersama para pengikutnya dari
dalam bahtera. Sekitar 80 orang yang ikut dalam bahtera Nabi Nuh beserta ketiga
orang anak Nabi Nuh pun turun. Mereka bersama hewan yang selamat memulai
kehidupan baru mereka.
Diriwayatkan seluruh pengikut nabi Nuh yang turut bersama
dalam bahtera Nuh tersebut akan wafat tanpa menyisakan satu keturunan pun.
Hanya anak Nabi Nuh yaitu Sam, Ham dan Yafith yang memiliki keturunan. Hingga
akhirnya seluruh ras manusia yang ada sekarang ini semuanya merupakan keturunan
mereka bertiga. Tak mengherankan bila kemudian Nabi Nuh disebut juga sebagai
bapak para manusia.
Sam dan keturunannya merupakan cikal bakal bangsa Arab,
Yafith melahirkan keturunan bangsa Rum (Romawi) dan Ham menghasilkan keturunan
bangsa Habasyah (Ethiopia).
Demikianlah Kisah Nabi Nuh Lengkap dan Mukjizat Nabi Nuh
berupa pembuatan Bahtera Nabi Nuh yang sangat besar hingga mampu menampung 80
orang beserta mahluk hidup lainnya yang dipersiapkan untuk melanjutkan
kehidupan baru umat manusia setelah banjir bandang reda.
Harapannya semoga dapat memberikan ibroh pembelajaran
sekaligus penguatan keimanan dan ghirah kita dalam mengamalkan Islam dalam
kehidupan.
Rasululullah SAW selalu mengisi ruh para sahabat dengan
salah satunya memasukkan kisah para Nabi. Kisah-kisah tersebut beliau dapatkan
langsung dari Allah SWT, melalui perantara malaikat Jibril. Melalui kisah-kisah
tersebut Allah kuatkan dan teguhkan hati Rasulullah dan para sahabat dalam
mengembalikan kejayaan Islam.